-->

Agama, Teknologi, dan Sains Modern: Api di Bawah Laut

Advertisemen
https://bahasaarabkeagamaan.blogspot.com/
Sumber: Nurul Islam


Agama-Teknologi-& Sa9ns Modern. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Abu Daud, rasulullah bersabda:
“Tidak ada yang mengarungi lautan kecuaili orang yang pergi haji,berumrah, atau berperang di jalan Allah. Seungguhnya di bawah laut ada api dan di bawah api ada laut.”
Apa yang disebutkan dalam hadis ini sesuai dengan sumpah Allah yang terdapat dalam Surah at-Thur:
”Demi bukit, dan kitab yang ditulis, pada lembaran yang terbuka, dan demi Baitul Makmur, dan atap yang ditinggikan (langit), dan laut yang dibakar api, sesungguhnya azab tuhanmu pasti terjadi, tidak seorangpun dapat menolaknya (Q.S. At-thur 1-8).
Baca juga: Kajian Islam, Politik dan Khilafah
Dahulu ketika ayat ini diturunkan, orang arab belum bisa memahami makna dari ayat yang mengatakan “laut yang dibakar api” (al-bahr al-masjur). Bentuk nomina dari al-masjur adalah sajara yang bermanka membakar atau memanaskan. Sebagaimana diketahui bahwa air dan api adalah sesuatu yang bertolak belakang. Sehingga paparan ayat dan hadits di atas seakan bertentanga dengan akal sehat. Bagaimana mungkin dua hal yang bertolak belakang itu disatukan? Pertanyaan ini membuat ulama klasik sampai menyimpulkan bahwa peristiwa “laut yang dibakar api” adalah peristiwa yang akan terjadi pada hari kiamat. Mereka meyandarkan kesimpulan ini pada ayat lain dalam surat at-takwir “dan apabila lautan dibakar (sujjirat) (Q.S At-Takwir:6)
Memang pada daasarnya awal surah at-takwir menunjukkan pada peristiwa atau persoalan yang akan terjadi pada hari kiamat. Akan tetapi, semua sumpah yang berada di awal surah at-thur malah berkaitan dengan berbagai realitas kehidupan kita di dunia ini sekarang. Hal inilah yang mendorong para ulama untuk mencari makna etimologis lain dari kata sajara. Akhirnya sebagian mufassir sampai kepada kesimpulan bahwa makna lain dari sajara adalah memenuhi dan mencukupkan. Sehingga penafsiran ayat di atas adalah Allah memberi karunia kepada manusia berupa pemenuhan setiap dataran rendah yang ada di muka bumi dengan air, dan mencukupkan air itu berada di dataran rendah saja sehingga tidak meluap kedaratan.
https://bahasaarabkeagamaan.blogspot.com/
Sumber: Study
Tafsiran ini bisa saja diterima, akan tetapi hadis Rasulullah menegaskan secara pasti bahwa di bawah laut ada api dan sebaliknya. Kenapa bisa sperti itu, padahal Rasulullah sendiri tidak pernah mengarungi lautan. Lalu siapa lagi yang mengabarkan beliau jika bukan Allah Ta’ala? Dengan ke-Maha Halusan ilmu-Nya, Allah mengugkap keajaiban semesta ini dan menjadi bukti abadi bahwa Al-Qur’an adalah Firman Allah serta Rasulullah adalah utusan yang terhubung dengan wahyu dan mendapat araan langsung dari Tuhan.
Baca juga: Macam-Macam Tasybih dalam Bahasa Arab
Sekitar aba 19-20, ilmuwan melakukan ekspedisi bawah laut untuk mencari peninggalan peran. Alhasil mereka menemukan deretan pegunungan vulkanik sepanjang puluhan kilometer ditengahdasar samudera sehingga diberi dama “mid-ocean ridge” Pegununungan tengah samudera”. Setelah dipelajari, tersingkaplah bahwa batuan tersebut terbentuk dari lava yang menyembul keluar dari rekahan lempeng di dasar samudera seperti yang terdapat di Laut Merah. Rekahan tersebut bisa mencapai 64 km dengan kedalam 65-100 km.
Dalam sebuah proyek gabungan di sekitaran Laut Merah, ketika alat pengeruk megambil tanah dari dasar laut merah dan alat keruk tersebut diletakkan di dek kapal, alat keruk tersebut tidakbisa didekati karena panas sekali. Dan ketika dibuka, keluarlah gumpalan tanah yang bercampur air panas dan mengepulkan asap serta panasnya mencapai 300 derajat Celcius.
https://bahasaarabkeagamaan.blogspot.com/
Sumber: tribun news
Di samping itu, penelitian ini juga membuktikan bahwa di dalam dan di bawah cairan magma (molten rock) terdapat air dengan volume puluhan kali lebih besar daripada air yang ada di atas permukaan bumi. Ini membuktikan kebenaran hadis Rasulullah bahwa di bawah laut ada api dan di bawah api ada laut.
Fakta-fakta ilmiah dari hadis Rasulullah empat belas abad yang lalu baru diketahui oleh manusia beberapa tahun belakangan ini. Semoga hal ini semakin menambah keyakinan kita dalam beragama.


Advertisemen