-->

Belajar dari Wajah, Nasehat Aa Gym

Advertisemen
Belajar dari Wajah, Nasehat Aa Gym.Pernahkah kita ditanya mengapa ayat yang pertama turun adalah surah al-alaq ayat 1-5? Melalui mimbar-mimbar mesjid atau bahkan di media elektronik sering kita mendengar mengapa ayat yang pertama turun adalah ayat yang memerintahkan kita untuk membaca? Mengapa bukan tentang puasa, shalat, haji, dan berbagai ritual keagamaan yang lainnya. Kemudian setelah itu, akan ada pertanyaan selanjutnya. Membaca apa? apakah teks tertulis atau apa?
Pertanyaan-pertanyaan di atas akan selalu menghias mimbar-mimbar ceramah para muballigh tanpa mengenal waktu. Hal ini adalah sebuah bahan renungan bagi kita semua. Membaca adalah sebuah kebutuhan untuk  terus belajar dan meningkatkan derajat kita sebagai manusia. Membaca, bukan hanya membaca teks-teks yang tertulis, akan tetapi lingkungan sekitar sebagai guru harus mampu dibaca untuk dijadikan bahan renungan. Pada postingan kali ini, kita akan coba belajar membaca tentang sebuah fenomena yang setiap hari kita jumpai. Membaca atau belajar dari wajah. Tulisan ini merupakan intisari dari salah satu ustad yang dikenal dengan kecerdikannya dalam mengolah hati (KH. Abdullah Gymnastiar).
http://bahasaarabkeagamaan.blogspot.com/
Topeng sebagai penutup ekspresi wajah
Yah, pada tulisan kali ini kita akan belajar tentang wajah. Ya, wajah. Karena berbicara tentang wajah bukan hanya berbicara tentang bentuknya dan make up mahal yang membalutnya, akan tetapi adalah pancaran yang terseburat dari sang pemilik wajah setiap kali kita bertemu.
Ketika fajar menyingsing, dan kita terbangun dari tidur seharusnya kita mananamkan tekad dalam hati bahwa hari ini kita kan belajar dari berbagai wajah yang kita temui. "Saya ingin tau wajah yang menentramkan hati itu seperti apa? Wajah yang gelisah itu seperti apa?" Pertanyaan-pertanyaan seperti ini seharusnya sudah terdaftar dalam kepala kita. Karena tak bisa dihindari, dalam sehari kita akan bertemu dengan banyak wajah. Wajah istri, suami, anak, teman sekantor dan wajah-wajah lainnya.
Subhanallah, dalam sehari kita tidak mampu menghitung jumlah wajah yang kita jumpai. Dari bermacam-macam wajah yang kita jumpai, ada yang menyejukkan, ada yang menentramkan, ada yang membuat kita gelisah, bahkan ada yang menimbulkan rasa takut. Lho, kenapa bisa? Apa karena bentuk wajahnya atau hidungnya? Tidak. Ada orang yang hidungnya mungil tapi menyejukkan, ada yang tatapannya tajam menghujam tetapi menentramkan. Ada seorang ulama yang tubuhnya kecil dan dikaruniai kelumpuhan sejak kecil. Namanya Syekh Ahmad Yassin, pemimpin spiritual gerakan intifadhah di Palestina. Beliau tak memiliki daya, duduknya di atas kursi roda dan hanya kepalanya yang mampu ia gerakkan. Meski beliau bukanlah sosok rupawan, namun mampu menimbulkan ketentraman jiwa ketika memandangnya. 
Baca juga wajah pas-pasan dapat istri cantik.
Nah, kalau hari ini kita bertemu dengan struktur wajah yang menyejukkan hati, cari taulah kenapa bisa sampai demikian! Betapa senyumnya yang tulus yang seolah ingin membahagiakan orang yang melihatnya akan membuat kita menaruh horamat kepadanya. Di lain sisi, kita terkadang bertemu dengan orang yang tatapannya sinis dan ketus serta sikapnya yang kurang ramah. Struktur wajah yang seperti ini pun harus kita pelajari.
Tidak ada salahnya kita evaluasi diri kita di depan cermi. Bentuk wajah bagaimana yang kita miliki hari ini? Memang ada di antara kita yang bibirnya didesain untuk lebih berat kebawah. Orang menyangkanya kurang senyum. Hal ini pun harus kita syukuri dan mungkin bisa menjadi ladang amal bagi pemiliknya dengan memberikan senyum ikhlas yang lebih maksimal.
Bagi orang yang memang dikaruniai wajah dengan senyum yang menawan. Harus lebih ditingkatkan lagi,. Karena jika berbicara tentang senyum, tidak cukup dengan hanya berbicara tentang ujung bibir akan tetapi lebih kepada keinginan kita untuk membahagiakan orang lain. Sekilas kita melihat tauladan kita Nabi Muhammad SAW. Ketika ada orang yang berbicara dengannya, beliau selalu mengutamakannya dengan memberikan curahan perhatian dan mengutamakannya. Sehingga orang yang pernah berbicara dengan beliau akan selalu merasa bahagia.
Ternyata, cara bertutur, memandang, dan tersenyum akan berpengaruh besar terhadap lawan bicara kita. Akhirnya, marilah kita melatih wajah untuk senantiasa memberikan senyuman ikhlas dan tutur kata yang dapat membahagiakan orang lain. Semoga ini dapat menambah khazanah keilmuan kita terkusunya dalam keagamaan untuk menjadi manusia yang mampu menebar kebahagiaan.
Advertisemen