-->

Pengaruh Bahasa Arab terhadap Bahasa Bugis-Makassar dan Aksara Lontara

Advertisemen
Sekilas kita akan mengir bahwa tidak akan ada pengaruh yang besar dari bahasa arab terhadap bahasa bugis maupun makassar, demikian pula dengan aksaranya. Hal ini mungkin saja ada di benak setiap orang, mengingat letak geografs kedua bahasa dituturkan sangat jauh meski masih dibenua yang sama. Selain itu, terdapat bahasa dunia yang dikenal serta letak penuturnya lebih dekat ke Indonesia secara geografis. Sehingga dua hal di atas sudah cukup menjadi alasan untuk mengatakan tidak terdapat pengaruh bahasa Arab terhadap bahasa makassar maupun bugis serta aksaranya yang dikenal sebagai aksara lontara.
Pendapat di atas akan berbeda jika kita menjadikan jika kita melihatnya dari sisi yang berbeda. Salah satunya jika kita menjadikan agama sebagai tolak ukur untuk melihat adanya pengaruh bahasa arab terhadap bahasa bugis-makassar serta aksaranya. Perlu diketahui bahwa, kerajaan Bugis-Makassar pernah menjadikan agama islam sebagai agama resmi kerajaan. Sebagaimana kita ketahui bahwa negara Arab adalah negara tempat agama ini berkembang pada mulanya. Dengan demikian, penggunaan istilah-istilah bahasa arab dalam penyebaran agama ini tentu sangat banyak dijumpai. demikian halnya dengan penyebaran agama islam ini di daerah Bugis-Makassar tentu banyak menggunakan istilah keagamaan dari bahasa Arab.
Alasan di atas tentu bisa menjadi dasar bagi kita untuk mengatakan bahwa terdapat pengaruh Bahasa Arab terhadap perkembangan Bahasa Bugis-Makassar demikian pula dengan aksara yang digunakannya. Untuk mengetahui hal itu maka ada beberapa hal yang perlu kita ketahui, yaitu:
1. Aksara Lontara
Aksara lontara merupakan akasara yang digunakan untuk menuliskan bahasa Bugis maupun Makassar. Menurut Mattulada, akasara lontara ini berasa dari suapa eppa wala . Sulapa Eppa bermakna empat sisi yang mengandung arti mistis yaitu empat unsur pembentuk kehidupan (air, udara, api, dan tanah), sedangkan wala suji secara bahwa berarti pagar untuk putri yang berbentuk belah ketupat. Aksara lontara ini biasa digunakan untuk menuliskan naskah pemerintahan dan sejenisnya.
2. Asal Mula Aksara Lontara
Menurut Andri Yusuf dalam tulisannya Aksara Lontara yang Terabaikan, mengatakan bahwa dari berbagai bahan rujukan mengatakan bahwa terdapat beberapa pendapat yang menerangkan asal-usul akasara lontara. Pendapat-pendapat tersebut antara lain:
a. H. Kern berpendapat bahwa aksara lontara bersumber dari huruf Sanskrit yang disebut Dewanagari.
b. Dalam kamus linguistik susunan Kridalaksana dijelaskan bahwa aksara lontara berasal dari rumpun bahasa semit utara. Aksara lontara masuk ke dalam kategori Aramaik yang menurunkan bahasa Ibrani, Arab, dan brahma. Akasara lontara ini masuk kedalam brahma pallawa sama seperti jawa,thai, dan sebagainya.
c. Matthes dan Raffles mengemukakan bahwa lontara yang kita kenal sekarang adalah perubahan dari lontara kuno.
d. Pendapat ahli kebudayaan Bugis-Makassar mengatakan bahwa lontara yang kita kenal sekarang diciptakan oleh Daeng Pamatte. Beliau merupakan syahbandar yang saat itu menjabat sebagai Tumailalang atau orang yang mengurusi urusan istana dan dalam negeri. Beliau menjabat di masa pemerintahan Raja Gowa ke-IX Daeng Matenre Karaeng Manguntungi. Alasan pembuatan akasara ini sebagai media untuk menceritakan apa yang mereka alami kepada anak cucu mereka kelak. Awalnya aksara lontara ini hanya terdiri dari 18 huruf dan dikenal sebagai Aksara Burung (Lontara Jangang-Jangang) karena bentuknya menyerupai burung.
3. Perkembangan Aksara Lontara
Seperti yang dikatakan sebelumnya, bahwa akasara lontara awalnya dikenal sebagai aksara burung atau lontara jangang-jangang. Perubahan kemudian terjadi setelah masuknya agama islam di kawasan kerajaan Bugis Makassar dan menjadi agama resmi kenegaraan.
Ketika islam menjadi agama resmi kerajaan, terjadi perubahan penulisan hurus dalam akasara lontara. Misalnya huruf ka disimbolkan dengan angka 2 dalam aksara arab, ga dengan angka 2 ditambah titik di bawah, serta nga dengan angka tujuh dalam bahasa arab ditambah titik di bagian atas. Demikian seterusnya hingga ke-18 huruf dapat terwakili. Lontara ini dinamakan lontara bilang-bilang yang diyakini ada pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Raja Gowa yang ke-XIV.
Pada perkembangan selanjutnya terjadi penyederhanaan menjadi bentuk belah ketupat. Penyederhanaan ini diyakini terjadi setelah masuknya agama islam di kawasan kerajaan Bugis-Makassar. Selain itu terdapat penambahan huruf karena adanya pengaruh bahasa makassar. Huruf yang ditambahkan adalah huruf Ha'. Menurut HD Mattulada, daeng pamatte sendirilah yang melakukan penyederhanaan sekaligus penyempurnaan terhadap aksara lontara ini.
Advertisemen