-->

Adab-Adab Siswa yang Mampu Memudahkan Siswa dalam Menuntut Ilmu

Advertisemen
Keagamaan. Sebuah hal yang umum di dengar dewasa ini, kasus kekerasan yang dilakukan oleh seorang guru kepada anak didiknya. Kasus-kasus yang terjadi tersebut tidak hanya menjadi penghias media sosial maupun elektronik, namun kadang berlanjut ke meja hijau. Alhasil, fenomena sosial ini menimbulkan pro kontra di tengah masyarakat.
Kekerasan yang dilakukan oleh guru sering dihubungkan dengan UU HAM dan perlindungan anak. Apa yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didiknya bukanlah bentuk pendidikan dan pengajaran melainkan sebuah kekerasan yang harus mendapat ganjaran yang setimpal. Sehingga, banyak orang tua melimpahkan kasus pemukulan dan kekerasan lainnya kepada pihak berwajib untuk diproses secara hukum. Alhasil, gerak-gerik guru mulai diawasi secara ketat.
Meski demikian, banyak pula kalangan yang menganggap tindakan orang tua seperti ini terlalu berlebihan dan tidak peduli dengan pendidikan anaknya. Secara tidak langsung, kasus seperti ini tentu mengurangi kinerja guru. Sebagian guru akan beranggapan bahwa hal ini telah membatasi ruang gerak mereka dalam mendidik siswa. Ironisnya, sikap cuek lebih dipilih oleh pendidik daripada harus berhubungan dengan pihak berwajib. Hal ini tentu berimbas dengan proses pendidikan yang berlangsung di sekolah. Proses pendidikan seolah kehilangan ruhnya, sebab kasus seperti ini menjadikan proses belajar mengajar hanya sebatas transfer pengetahuan. Pendidikan karakter dan memanusiakan manusia seolah hilang diruang kelas. Sehingga bisa dikatan, ruang kelas tak ada ubahnya dengan tempat kursus yang banyak menjamur saat ini.
Jika kita mau berfikir ke akar permasalahannya, maka mental peserta didiklah yang seharusnya menjadi perhatian penting saat ini. Idealnya sebelum masuk ke dunia sekolah, calon peserta didik sudah seharusnya memaham pentingnya ilmu sebagai bekal hidup dan perlunya menghargai seorang guru sebagai perantara ilmu itu sampai kepada guru. Hal inilah yang mungkin luput untuk disampaikan kepada calon peserta didik sebelum mereka belajar seperti pada umumnya.
Jika kita membuka lembaran sejarah dan mempelajari bagaimana ilmuwan dan ulama terdahulu dalam menuntut ilmu pengetahuan, maka akan terbentang lautan hikmah di hadapan kita bagaimana agungnya dan luhurnya tradisi keilmuwan mereka. Sikap mereka terhadap ilmu dan kepada ahli ilmu sangatlah tinggi. Hal ini tergambar jelas dalam kitab ta'limul mutaallim, dimana Ali RA pernah berucap:
انا عبد من علّمنى حرفا واحدا
إن شاء باع و إن شاء استرق
Artinya:
Saya adalah hamba dari orang yang mengajariku satu huruf
Terserah padanya apakah ia akan menjualku atau memerdekanku.
Perkataan Ali di atas menjadi bukti bagaimana penghargaan pencari ilmu (siswa) terhadap guru. Hal itu tercermin dari sikap Ali yang menganggap dirinya sebagai hamba dari orang yang mengajarnya bahkan hanya satu huruf. Sikap seperti ini seharusnya ditanamkan kedalam jiwa peserta didik sebelum mereka memasuki dunia sekolah. Intinya bisa dikatakan bahwa belajar adab seharusnya didahulukan dibandingkan menuntut pengetahuan yang ingin dicari.
Dalam kitab Ta'limul Mutaallim dijelaskan bagaimana penghargaan kepada guru yang tertuang dalam sebuah syair:
"Barang siapa melukai hati sang gurunya, berkah ilmunya tertutup dan hanya sedikit kemanfaatannya.
Sungguh dokter dan guru tak akan memberi nasehat bila tak dihormati
Terimalah penyakitmu, bila kau acuh doktermu
dan terimalah bodohmu, bila kau tantang sang guru".
Syair di atas menjadi bukti bagaimana pentingnya penghargaan disematkan kepada sang guru. Penghargaan itu bisa diberikan dengan berakhlak dengan adab yang baik dihadapannya. Diantara adab-adab tersebut adalah:
"Tidak berjalan di depannya, tidak duduk di tempatnya, tidak memulai mengajak bicara kecuali diizinkan, tidak berbicara macam-macam dihadapannya, serta tidak menanyakan hal-hal yang dapat membuatnya bosan"
"Pada pokoknya adalah melakukan hal-hal yang membuatnya rela, dan menjauhkan amarahnya dan menjungjung tinggi perintahnya selama tidak bertentangan dengan agama, sebab orang tidak boleh taat kepada kepada makhluk dalam melakukan perbuatan durhaka kepada Allah Maha Pencipta. Termasuk arti menghormati guru pula, yaitu menghormati putera dan semua orang yang bersangkut paut dengannya".
Dua catatan penting di atas bisa menjadi dasar dalam bersikap kepada guru. Guru ibarat surya yang membawa cahaya (pengetahuan) untuk menuntun siswanya keluar dali gelapnya kebodohan. Karena pengorbanannya tersebut sehingga pantaslah bagi setiap siswa memiliki adab yang luhur di hadapan gurunya. Bahkan, bukan hanya kepada sang guru, tetapi kepada semua yang terpaut kepadanya.
Meski demikian perlu dipahami bahwa guru bukanlah kebenaran mutlak yang harus dipatuhi. Jika apa yang diperintahkan berbeda menyimpang dari kebenaran yang kita yakini, maka tidaklah patut bagi siswa untuk taat. Tetapi perbedaan seperti ini tidak pula membenarkan siswa berbuat sewenang-wenang bahkan menzhalim gurunya.
Demikianlah sedikit ulasan mengenai adab siswa kepada gurunya. Semoga dengan memahami hal fundamental seperti ini, wajah pendidikan di negara kita bisa semakin beradab.
Advertisemen