Advertisemen
Inna dan sudara-saudaranya. Sering kita menjumpai kata إن
dalam beberapa teks ayat dalam al-Qur’an. إن
sendiri memiliki arti “sesungguhnya”. إن
ini sangat berpengaruh terhadap perubahan harakat bagi kata dalam kalimat. Sehingga
sangat perlu untuk memahami penggunaan kata ini dalam kalimat.
Dalam kajian nahwu, bahasan mengenai إن
ini sering dimuat dalam bahasan إن و أخواتها
(Inna dan saudara-saudaranya). Sama seperti dengan kana, inna pun akan memasuki
kalimat yang memiliki susunan mubtada’ khabar. Sehingga ketika inna telah
disisipkan dalam kalimat tersebut maka mubtada’ akan menjadi isim inna
sedangkan khabar akan menjadi khabar inna.
Inna dan saudara-saudaranya akan berpengaruh terhadap harakat isim
dan khabar-nya. Inna dan saudara-saudaranya akan menashabkan isimnya dan selalu
menjadikan khabarnya rafa’. Adapun yang dimaksud dengan inna dan
saudara-saudaranya adalah sebagai berikut:
إن sebagai penegas (untuk penegasan)
إن المجد ناجحا artinya sesungguhnya
orang yang bersungguh-sungguh akan berhasil
أن sebagai penegas
(biasanya didahului oleh kalimat)
يسعدنى أن الصناعة مقدمة فى بلدنا artinya Membuatku senang
kemajuan industri di negeri kami.
كأن untuk penyerupaan jika khabarnya
adalah isim jamid dan sebagai sangkaan jika khabarnya berupa isim musytaq.
Contoh untuk penyerupaan:
كأن محمدا اسد artinya Muhammad laksana singa.
Contoh untuk sangkaan:
كأنك فاهم artinya sepertinya kamu
paham.
لكن artinya akan tetapi
(biasanya didahului oleh kalimat)
الكتاب صغير لكنه مفيد buku ini kecil akan
tetapi bermanfaat.
لعل bermakna harapan, untuk
menanti sesuatu yang tidak pasti.
لعل الجو معتدل غدا artinya semoga cuaca
besok pagi cerah.
ليت bermakna angan-angan
yaitu menyukai terjadinya sesuatu.
ليت النتيجة حسنة artinya seandainya nilaiku
bagus.
Terkadang kata ليت jika bersambung
dengan ya mutakallim maka dia akan bersambung dengan dhomir tersebut.
Contoh:
ليتنى سعبد artinya seandainya aku
bagagia.
لا untuk penafian
لا سرور دائم artinya tidak ada
kebahagian terus-menerus.
Dari berbagai contoh di atas dapat dilihat bahwa, yang menjadi isim
inna dan saudara-saudanya dapat berupa isim mu’rab dan isim mabni. Jika isim
inna adalah berupa isim mu’rab, maka nashabnya akan kentara dengan tanda-tandanya berupa
fathah dan tanda nashab lainnya. Hal demikian tentu tidak akan dijumpai jika
isimnya adalah isim mabni. Meski demikian, keadaan isim inna akan selalu
manshub.
Khabar inna keadaannya akan selalu marfu’. Marfu’nya khabar inna ini
dapat diketahui dengan memerhatikan tanda-tanda marfu’nya. Akan tetapi, kita
akan kesulitan jika ternyata khabar inna tidak berbentuk kata. Khabar inna
sendiri dapat berupa:
Isim zhahir sebagaimana pada contoh yang telah disebutkan di atas.
Syibhul jumlah (jar wa majrur atau zharaf)
Contoh:
إن الراحة بعد التعب artinya sesungguhnya
istirahat itu adalah setelah kepayahan.
بعد التعب adalah syibhul jumlah
dan keadaanya marfu karena ia sebagai khabar inna.
Jumlah
ismiyah maupun fi’liyah
Contoh
untuk jumlah ismiyah
إن المصباح ضوؤه شديد artinya sesungguhnya cahaya
lampu itu sangat terang.
ضوؤه شديد adalah jumlah ismiyah
dan keadaannya marfu karena ia adalah khabar inna.
Contoh
jumlah fi’liyah
لبت الشباب يعود يوما artinya seandainya masa
muda akan kembali pada suatu hari nanti.
يعود يوما adalah jumlah fi’liyah dan
keadaannya marfu karena ia adalah khabar inna.
Yang menjadi catatan penting adalah:
Isim inna selalu manshub dan khabar-nya selalu marfu'
Add Comments